Tarian ini memiliki sejarah yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup masyarakat Toraja mula-mula. Pada tarian ini ingin menyampaikan bagaimana kasih dan penyertaan Tuhan Yang Maha Esa atau Puang Matua atau Deata bahkan berkat yang melimpah bagi masyarakat Toraja melalui padi yang telah dipanen bahkan rumah atau Tongkonan yang telah jadi. (wawancara: Yohanis Sapan, 2021)
Secara umum, tari Manimbong tidak diiringi dengan alat musik melodis tradisional seperti Geso’geso’ atau Pelle’ ataupun alat musik lainnya. Namun dalam mementaskan tarian ini, setiap orang akan membawa sebuah alat musik yang disebut Sarong Simbong seperti
tameng kecil berbentuk lingkaran bermotif ukiran Toraja yang terdapat hiasan tali yang menjuntai (ikko’na) dan juga koin yang diikatkan
sehingga ketika penari menggoyang- goyangkan alat tersebut akan menghasilkan bunyi yang kemudian menjadi ketukan atau ritme bagi para pemain.
Anggota yang mengikuti tari Manimbong ini berkisar 20 hingga 30 orang yang semuanya merupakan laki-laki dewasa, baik yang sudah
berumah tangga ataupun belum. Tarian Manimbong ini dapat ditampilkan dengan durasi waktu 7 hingga 10 menit, tergantung dari
variasi gerakan yang ditampilkan pada acara tersebut.
Dalam tari Manimbong ini, para penari juga bernyanyi. Syair disampaikan dalam tarian ini merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan atas berkat bagi masyarakat Toraja. Syair yang dilantunkan kebanyakan dinyanyikan dengan huruf-huruf vokal seperti “Eeee...”, “Oooo...”, “Aaaa...”, yang jika bagi orang dari masyarakat diluar Toraja akan mengira bahwa yang dinyanyikan ialah Bating dalam tarian Rambu solo’ yaitu Ma’badong.
Dalam menampilkan tarian ini, pemainnya memiliki pembagian suaranya masing-masing. Salah satu contohnya seperti bagian sebelah kiri dan kanan membunyikan huruf vokal dengannada G# dan bagian tengah membunyikan nada Bb. Untuk menentukan pembagian-pembagian kelompok ini tidak ada ketentuan khusus, namun kelompok yang ada ditengah sudah dipastikan adalah pemimpin dari tarian ini atau biasa disebut Indo’na.
Eksistensi atau keberadaan tari Manimbong saat ini masih dikategorikan cukup sebagai sebuah tarian tradisional. Hal ini juga dipengaruhi dari aturan atau hukum adat yang berlaku di Toraja bahwa tari Manimbong merupakan tarian yang tidak dapat dipentaskan sembarangan apalagi jika dipentaskan dalam upacara lain selain rambu tuka’.
Menjadi catatan penting bahwa pantangan jika ada suatu kelompok masyarakat yang mementaskan tari Manimbong dalam upacara rambu solo’. (wawancara: Yohanis Sapan, 2021)
Artikel : EKSISTENSI TARI MANIMBONG DALAM UPACARA RAMBU TUKA’ MASYARAKAT TORAJA
Oleh :
1. Indry Ayu Novita,
2. Wahyu Lestari Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni)
Program Pascasarjana Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang Indonesia.
E-mail: iayunovita@gmail.com1, wahyupyarlestari@mail.unnes.ac.id2
Taken picture by Sofyan Patrich Layuk
Destinasi budaya Lainnya
Terdapat banyak destinasi budaya yang wajib dikunjungi
di Sulawesi Selatan